Ciasem, Subang
Koordinat: 6°19′8″LU 107°40′19″BT
Ciasem
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Subang
Pemerintahan
Camat Drs. Dadang Darmawan M.si
Luas 117.19km²
Jumlah penduduk 101.926 jiwa (2010)
Kepadatan 922 jiwa/km²
Desa/kelurahan 9 desa
Pabrik tapioka dan sisal Sukamandi milik Pamanoekan- en Tjiasemlanden (1930)
Ciasem adalah sebuah kecamatan di kabupaten Subang, provinsi Jawa barat. Kecamatan Ciasem terletak di sebelah utara dari kota Subang. Berada di tengah-tengah antara Cikampek dan Pamanukan. Daerah ini dilintasi jalur pantura yang cukup ramai kendaraan terutama pada musim liburan atau saat arus mudik dan balik Lebaran, di jalur ini pula terdapat dua pasar tradisional yakni pasar Sukamandi dan pasar Ciasem. Kantor Camat sendiri berada di Jalan Jnd. A. Yani no. 61 Sukamandi. Di Sukamandi pula berdiri Pt. Sang Hyang Seri (persero) yang mewarisi bekas perkebunan Swasta asing (Inggris) "Pamanoekan & Tjiasemlanden" . Sayangnya perhatian Pemerintah Daerah dirasa kurang untuk kecamatan Ciasem ini,karena dari tahun ke tahun tidak dijumpai banyak perubahan dari segi penampilan ataupun pembangunannya.
Daftar isi
1 Sejarah
1.1 Masa penjajahan Belanda
2 Jumlah Desa
1 Sejarah
1.1 Masa penjajahan Belanda
Pasca runtuhnya kerajaan pajajaran, wilayah subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat Kesultanan Banten, Mataram, Sumedang larang, VOC, Inggris dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk di jadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah kabupaten subang, terutama bagian Utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia.
Sebelumnya sekitar tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surenggono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dari mataram melalui Banyumas untuk tujuan membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan melalui jalur utara, jalur yang mereka lewati adalah Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Ciasem, dan Karawang. Di Ciasem ditinggalkan sekitar 400 prajurit, Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda ,karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan Menikah dengan wanita setempat.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka kemudian banyak membuka lahan sawah .
Pada tahun 1771, saat berada dibawah kerajaan Sumedanglarang, di subang tepatnya di pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsensi penguasaan lahan wilayah subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda . Lahan yang dikuasai itu mencapai 212.900 Ha, dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah belanda membentuk Distrik - distrik (serupa kecamatan) yang membawahi onder distrik.
Sebelumnya sekitar tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surenggono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dari mataram melalui Banyumas untuk tujuan membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan melalui jalur utara, jalur yang mereka lewati adalah Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Ciasem, dan Karawang. Di Ciasem ditinggalkan sekitar 400 prajurit, Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda ,karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan Menikah dengan wanita setempat.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka kemudian banyak membuka lahan sawah .
Pada tahun 1771, saat berada dibawah kerajaan Sumedanglarang, di subang tepatnya di pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsensi penguasaan lahan wilayah subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda . Lahan yang dikuasai itu mencapai 212.900 Ha, dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah belanda membentuk Distrik - distrik (serupa kecamatan) yang membawahi onder distrik.
Masa Nasionalisme
Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di kabupaten Subang. Namun, setelah kongres Sarekat Islam di bandung pada tahun 1916 di subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di sukamandi (Ciasem) .
Geografi
Dataran rendah,pertanian pada ketinggian 10m dpl. Dengan temperatur suhu 24-32 derajat celcius .
Batas wilayah
Utara Kecamatan Blanakan
Selatan Kecamatan Cikaum
Timur Kecamatan Sukasari
Barat Kecamatan Patok Beusi
Jumlah Desa
- Sukamandijaya
- Pinangsari
- Dukuh
- Ciasem Girang
- Ciasem Tengah
- Ciasembaru
- Ciasem Hilir
- Jatibaru
- Sukahaji
0 komentar:
Posting Komentar